Masalah bahasa
Bismillah,
Yah pada akhirnya saya sudah selesai mempresentasikan paper saya yang berjudul "Rural-NGN Testbed Wireless Channel Capacity" yang berlangsung pada tanggal 8-9 Desember kemaren. Saat itu sesi saya pada hari kedua final session. Begitulah kira2 ...
Presentasinya bahasa Inggris --jelas lha wong namanya juga konferensi internasional :D-- jadi saya sedikit mengalami kendala baik dalam menerjemahkan ke bahasa Inggris maupun menyampaikan isi presentasi saya; jadi sedikit berpikir 2x gitu ... multitasking lah istilah bahasa IT-nya; di satu sisi menyampaikan isi presentasi lain sisi menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Di sana dipaparkan mengenai ide, riset, dan terobosan baru dalam TIK --istilah TIK ini saya rasa pernah diutarakan jadi saya berpikir ... bagi yang belum tau ini adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi--. Pembicaranya pun dari beragam negara seperti Iran, Jepang, Thailand, Arab Saudi, Malaysia, dan sudah jelas Indonesia sendiri.
Saya sendiri sebenarnya masih memiliki keterbatasan dalam berbahasa asing secara verbal, karena ya itu tadi ... multitasking.
Namun, perlu diingat bahwa penguasaan bahasa asing merupakan salah satu parameter dari sekian banyak parameter yang menentukan maju tidaknya sebuah bangsa. Dengan penguasaan bahasa asing bukan saja kita mendapat rekan2 baru namun juga kita dapat berkomunikasi untuk menyampaikan berbagai hal yang positif --yang negatif tidak usah saya masukkan deh :)--.
Bukti bahwa dengan bahasa kita dapat berkontribusi dalam kemajuan bangsa adalah, misalnya dalam perdagangan. Mungkin ada orang yang sangat piawai dalam hal tersebut namun karena keterbatasan penguasaan bahasa, bisa jadi dia bingung tidak bisa menyampaikan ide yang pada akhirnya mungkin tender berpindah tangan ke orang lain misalnya. Contoh lain adalah, dalam komunikasi pada forum ilmiah, kalau tidak bisa menyampaikan gagasan secara langsung tanpa penerjemah ke penonton lain atau juri atau khayalak ilmiah bisa jadi dia terkucilkan yang berakibat penilaian buruk atas orang asing terhadap suatu bangsa.
Tentunya hal ini perlu didukung oleh penguasaan ilmu yang kita tekuni juga. Jangan sampai kita berbicara A namun pas ditanya kita jawab B,C,D ... dst. Lho yo ora nyambung, ngono lho.
Entschuldigung ... sprechen sie Deutsch ? Jawohl ... --lha kepiye toh ? aku iki wong Jowo laga'e iso ngomong niku-- hehehehe.
--Dimas
0 Comments:
Post a Comment
<< Home