Tuesday, November 14, 2006

Polantas Pesawat Udara (ATC -red.)

Bismillah,

JCC: "Garuda 142, you're cleared to climb to FL330 ... turn left heading 2-9-5, proceed on course."

GA142:"Roger, Garuda 142."

JCC:"Singapore 323, do you copy?"

SA323:"Singapore 323 ... standing by."

JCC:"Singapore 323, proceed direct PARDI contact Singapore Center on 1**.**, have a good day."

SA323:"Wilco, proceed direct PARDI contact Singapore Center on 1**.**, so long."

JCC=Jakarta Center Control
SA232=Singapore Airlines 323
GA142=Garuda Indonesia 142

Penggalan percakapan di atas bukanlah merupakan percakapan sebenarnya yang terjadi, kalaupun ada kesamaan maka hal tersebut merupakan kebetulan.

Entah kenapa saya begitu tertarik dalam dunia penerbangan salah satunya Air Traffic Control (ATC) bahkan saya adalah anggota dari komunitas ATC dunia maya. Bagi saya tugas ATC cukup menyenangkan sebagai hobi --yaaah, kalau jadi ATC beneran saya keder juga :D--; mengatur lalu lintas udara selayaknya polisi lalu lintas, menyuruh pesawat naik atau turun, belok ke arah tertentu, memberi ijin mendarat, bahkan sampai memberikan otorisasi khusus dalam keadaan tertentu.

Sekilas kalau dilihat tugasnya memang membosankan; duduk di depan monitor RADAR dengan bintik2 yang menandakan identitas pesawat sampai berjam2, berbicara dengan pilot2 dan peralihan (hand-over) kepada wilayah udara tetangga dengan percakapan yang monoton, belum lagi dituduh melakukan pelanggaran seperti near-miss, CFIT (Controlled Flight Into Terrain), bahkan tubrukan pesawat. Berat memang menjalani tugas demikian, apalagi urusannya adalah sebagai kontributor dalam keselamatan nyawa penumpang pesawat+kru --selain pilot tentunya--.

Untungnya, dalam pengaturan lalu lintas udara maya ... tidak ada korban jiwa yang terjadi akibat salah kontrol --yaa paling korbannya adalah waktu, dampratan pilot lain, dan duit ... hehehehehe, tapi bisa ditolerir dengan sedikit trik penghematan--, tapi apakah tugas dan tanggung jawab ATC maya dapat diidentikkan dengan ATC sebenarnya ?? Belum tentu ... kenapa demikian ? Karena dalam ATC sesungguhnya protokol pengendalian lalu lintas udara harus benar2 dipegang teguh, termasuk regulasi airspace. Sedangkan dalam dunia maya orang bisa berbuat seenaknya --gak juga, karena toh ada regulator dan evaluator di situ yang meluruskan situasi ATC sehingga mendekati situasi yang sebenarnya-- namun tetap saja, tidak akan sama.

Naaaaah ... saya jadi punya ide,

Ada beberapa LANUD di Indonesia yang masih belum tercakup oleh ATC modern, jangankan itu untuk sistem alat bantu navigasi (NAVAID) mungkin tidak punya seperti ILS, VOR, dan DME. jadi bagaimana apabila kawasan LANUD tersebut diawasi oleh sebuah master dari daerah FIR tempat LANUD tersebut berada. Kemudian, pengendalian pesawat yang hendak menuju LANUD tersebut diatur di sana. Gimanaaaaaa .... ??

Sistemnya sederhana saja, tidak perlu menggunakan NAVAID yang bisa memakan biaya milyaran. Namun, dengan memanfaatkan perangkat lunak (software) yang menuntun ATC untuk memberikan bimbingan kepada pilot melalui virtual NAVAID pada perangkat lunak yang diantarmuka ke pesawat secara nirkabel, sehingga seolah2 pesawat tersebut mengenali sistem NAVAID fisik. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tunnel-in-the-sky yang memungkinkan pilot merasa seolah berada dalam sebuah lorong virtual yang menuntunnya ke landasan tempat mendarat.

--Dimas

3 Comments:

At 1:01 AM, Anonymous Anonymous said...

..dah nonton film pushing tin belum?..

 
At 9:48 PM, Blogger Dimas said...

sudah kok .. tapi yang jelas saya bukan si Nick Falzone :D.

--Dimas

 
At 12:54 AM, Blogger extranyos said...

WWaaa suka online di vatsim ya mas...?

 

Post a Comment

<< Home