Ke Depannya ...
Bismillah,
Kembali ke bahasa Indonesia sekarang ...
Saya terus terang cukup sedih mendengar berita bahwa pada saat HARGANAS di Ambon beberapa waktu lalu cukup membuat kaget karena ternyata tarian perang yg seharusnya jadi penghibur RI-1 dan para tamu negara ternyata berbuntut masalah karena para pendukung RMS (Republik Maluku Selatan) yang jumlahnya puluhan dapat menyusup masuk bahkan dalam tarian tersebut mereka kibarkan bendera RMS. Masih mending kalau hanya bendera ... kalau bom bunuh diri bagaimana ? Bukan hanya RI-1 yang terancam namun juga para tamu negara tersebut. BIN jadi malah menuding pihak lain yg seharusnya bertanggung jawab. Entah siapa yg benar dan bertanggung jawab yang jelas hal tersebut cukup membuktikan bahwa gerakan separatis tersebut masih memiliki kekuatan yang cukup dan ini adalah pekerjaan rumah bagi kita semua bagaimana untuk menjaga keutuhan bangsa.
Fiuuuuh .... such a hard job isn't it ?
Oh anyway begini, beberapa waktu lalu saya ditawari untuk melanjutkan studi S3 dengan program sandwich antara ITB dengan SDSU (San Diego State University), jadi dalam 3-4 tahun riset ... 2 tahun di ITB kemudian setahun di sana dengan ijazah dari SDSU. Menarik sih ... topik yg diajukan saya memilih tentang ubiquitous health. Jadi intinya adalah bagaimana sistem informasi kesehatan dapat diakses oleh pihak berwajib dengan memanfaatkan segala teknologi informasi termasuk sistem yang konvensional seperti telepon dan pos.
Afiliasi dari ubiquitous information system ini salah satunya adalah dari "Strong Angel III". Sistem ini sebenarnya lebih sesuai kepada tanggapan keadaan bencana namun bencana dalam hal ini pun beragam sehingga perlu adanya penyesuaian lagi terhadap sistem yang akan diadopsi. Dan perlu diingat bahwa tidak semua solusi dapat diterima dan dijalankan di suatu daerah mengingat kondisi budaya dan pengetahuan yang berbeda dengan daerah dengan tingkat intelektualitas cukup tinggi.
Berbicara masalah kesehatan berarti erat kaitannya dengan penyebaran penyakit. Nah disaster-nya adalah mewabahnya penyakit tersebut. Identik dengan disaster alam, transportasi dll ... ubiquitous information system ini dapat pula dimanfaatkan dengan pertimbangan dan parameter yang berbeda. Secara umum mungkin sama namun pada penerapannya bisa jadi berbeda, semuanya tergantung dari situasi dan kondisi bencana di daerah bersangkutan.
Yang harus dipikirkan bukan permasalahan teknis secara umum .... tapi non-teknisnya itu lho. Permasalahan teknis di Indonesia khususnya hal tersebut masih dapat dipertimbangkan tapi aspek lain itu yg terkadang menghambat. Sekali lagi ... itu adalah pekerjaan rumah bagi kita bagiamana caranya agar kelancaran administrasi dan yang terpenting adalah finansial dapat lebih tertib.
Sekarang ini saya berpikir bagaimana teknologi khususnya teknologi informasi dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sehingga masyarakat secara umum meningkat pula kesejahteraannya. Insya 4JJ1 bermanfaat dan memberikan barokah bagi ummat, Amin ya Rabbal Alamin.
--Dimas
Kembali ke bahasa Indonesia sekarang ...
Saya terus terang cukup sedih mendengar berita bahwa pada saat HARGANAS di Ambon beberapa waktu lalu cukup membuat kaget karena ternyata tarian perang yg seharusnya jadi penghibur RI-1 dan para tamu negara ternyata berbuntut masalah karena para pendukung RMS (Republik Maluku Selatan) yang jumlahnya puluhan dapat menyusup masuk bahkan dalam tarian tersebut mereka kibarkan bendera RMS. Masih mending kalau hanya bendera ... kalau bom bunuh diri bagaimana ? Bukan hanya RI-1 yang terancam namun juga para tamu negara tersebut. BIN jadi malah menuding pihak lain yg seharusnya bertanggung jawab. Entah siapa yg benar dan bertanggung jawab yang jelas hal tersebut cukup membuktikan bahwa gerakan separatis tersebut masih memiliki kekuatan yang cukup dan ini adalah pekerjaan rumah bagi kita semua bagaimana untuk menjaga keutuhan bangsa.
Fiuuuuh .... such a hard job isn't it ?
Oh anyway begini, beberapa waktu lalu saya ditawari untuk melanjutkan studi S3 dengan program sandwich antara ITB dengan SDSU (San Diego State University), jadi dalam 3-4 tahun riset ... 2 tahun di ITB kemudian setahun di sana dengan ijazah dari SDSU. Menarik sih ... topik yg diajukan saya memilih tentang ubiquitous health. Jadi intinya adalah bagaimana sistem informasi kesehatan dapat diakses oleh pihak berwajib dengan memanfaatkan segala teknologi informasi termasuk sistem yang konvensional seperti telepon dan pos.
Afiliasi dari ubiquitous information system ini salah satunya adalah dari "Strong Angel III". Sistem ini sebenarnya lebih sesuai kepada tanggapan keadaan bencana namun bencana dalam hal ini pun beragam sehingga perlu adanya penyesuaian lagi terhadap sistem yang akan diadopsi. Dan perlu diingat bahwa tidak semua solusi dapat diterima dan dijalankan di suatu daerah mengingat kondisi budaya dan pengetahuan yang berbeda dengan daerah dengan tingkat intelektualitas cukup tinggi.
Berbicara masalah kesehatan berarti erat kaitannya dengan penyebaran penyakit. Nah disaster-nya adalah mewabahnya penyakit tersebut. Identik dengan disaster alam, transportasi dll ... ubiquitous information system ini dapat pula dimanfaatkan dengan pertimbangan dan parameter yang berbeda. Secara umum mungkin sama namun pada penerapannya bisa jadi berbeda, semuanya tergantung dari situasi dan kondisi bencana di daerah bersangkutan.
Yang harus dipikirkan bukan permasalahan teknis secara umum .... tapi non-teknisnya itu lho. Permasalahan teknis di Indonesia khususnya hal tersebut masih dapat dipertimbangkan tapi aspek lain itu yg terkadang menghambat. Sekali lagi ... itu adalah pekerjaan rumah bagi kita bagiamana caranya agar kelancaran administrasi dan yang terpenting adalah finansial dapat lebih tertib.
Sekarang ini saya berpikir bagaimana teknologi khususnya teknologi informasi dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sehingga masyarakat secara umum meningkat pula kesejahteraannya. Insya 4JJ1 bermanfaat dan memberikan barokah bagi ummat, Amin ya Rabbal Alamin.
--Dimas
Labels: Vision
0 Comments:
Post a Comment
<< Home