Saturday, March 10, 2007

Everybody brace yourself .... God !! *Boom*

Bismillah,

Belum selesai program pemulihan gempa di Sumatra Barat ... muncul kembali musibah kecelakaan udara. Kali ini bukan terjadi pada tempat yang sangat sulit untuk dijangkau seperti yang terjadi pada Adam Air Ki-574 pada sangat awal tahun baru ini; namun terjadi pada saat pesawat telah mendarat tepatnya di -kalau meminjam istilah ICAO- WIIJ. Pesawat tersebut bertipe B-737 400 yang masih relatif muda usianya yaitu +/- 15 tahun. Pesawat dengan registrasi PK-GZC tersebut terbakar setelah mendarat.

Sebagian besar penumpang selamat termasuk beberapa crew pesawat, namun salah seorang diataranya meninggal dunia pada saat berusaha untuk menolong korban lain yg masih terjebak di dalam pesawat yang sedang membara; salah satu contoh orang yang amanah dan teladan dalam pekerjaanya. Ada juga beberapa orang penting yang menjadi penumpang pesawat naas tersebut seperti bapak Din Syamsuddin, staf kedubes australia yang rencananya mengiringi menlu Alexander Downer ke Muhammadiyah dan kepolisian australia, WNI & WNA, dan yang sudah diidentifikasikan meninggal dunia adalah mantan rektor UGM yaitu bapak Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, SH dan salah seorang dosen FE UGM yaitu bapak Dr. Masykur Wiratmo.

Banyak spekulasi mengenai kecelakaan pesawat ini, ada yang bilang human error, sabotase, faktor pesawatnya, dll. Namun, hal tersebut akan meruncing menuju suatu titik terang apabila data dari perangkat pendukung penelitian kecelakaan ini dapat memberikan informasi yang cukup untuk mengeluarkan sebuah kesimpulan, terutama dari FDR dan CVR -penjelasan dari kedua perekam pada pesawat ini sudah saya ceritakan sebelumnya-.

Pesawat yang dipiloti oleh Capt. M Marwoto Komar dan First Officer Gagam Saman Rohmana ini tergolong masih layak terbang, namun pada akhirnya memang berakhir pada persawahan di lokasi area bandara WIIJ tersebut. Dan kabar dari detik.com mengatakan bahwa kedua pilot tersebut di-grounded pada jangka waktu yang belum ditentukan. Keputusan tersebut diambil oleh Direktur DSKU (Dinas Sertifikasi Kelayakan Udara) Yurlis Hasibuan.

Nah sekarang kenapa kecelakaan tersebut terjadi ?

Mungkin saya bukan ahli dalam analisis kecelakaan udara karena memang pendalaman saya di dalam bidang tersebut masih belum sedalam mereka yang memang ahlinya. Namun yang bisa saya katakan seandainya saya menganalisis adalah ... pada saat pesawat mendarat nosewheel pesawat lepas -ada pula saksi mata yang mengatakan bahwa ban nosewheel pecah tinggal sisa velg yang bergesekan langsung dengan landasan- dan pesawat mendarat di pertengahan landasan. Akibatnya terjadi overshooting. Salah satu mesin lepas karena hard landing, bahan bakar bocor ditambah dengan percikan api hasil gesekan velg dengan landasan cukup untuk memicu kebakaran.

Pada saat sebelum pesawat mengalami hal tersebut, pilot memiliki waktu yang sangat pendek untuk menentukan keputusan apa yang akan dia ambil untuk menyelamatkan pesawat terutama keselamatan para penumpang termasuk dia sendiri. Sedikit lama berpikir maka akibat yang dihasilkan bisa lain. Kemungkinannya saat itu adalah pilot berusaha untuk melakukan go-around mengingat perkataan para penumpang mesin pesawat masih kencang bukan menurun dan landasan yang sudah tidak mencukupi untuk pengereman maksimal, pilot berusaha untuk mengendalikan pesawat dan salah satu caranya adalah dengan menggunakan reverse thrusters -Mungkin juga inilah suara kencangnya deru mesin pesawat yang didengar oleh para penumpang- walau dengan kesempatan yang sudah sangat kecil sekali untuk menyelamatkan pesawat namun sulit karena kondisi roda pendarat yang sudah rusak, ataupun alasan lainnya.

Yang jelas ... siapapun yang mengendalikan pesawat saat itu, dia dihadapkan pada pilihan yang sulit dalam waktu yang sangat singkat; Keputusan yang menyangkut hidup atau mati. kalaupun pilihannya tepat, bisa jadi ada sesuatu yang menjadi trade-off dari keputusannya tersebut. Menyelamatkan pesawat terutama para penumpang menjadi perhatian penting dalam benak para pilot. Usaha keras pilot untuk itu dengan hasil banyaknya penumpang yang selamat patut dihargai, kenapa ... karena tidak semua orang dapat melakukan hal yang sama.

Pertanyaannya adalah, menurut berita dari DepHub saat itu cuaca cerah dan landasan WIIJ layak untuk pendaratan. Tapi kenapa pesawat tersebut malah naas pada saat mendarat ? Apakah karena terjadinya efek hydroplanning padahal saat itu pesawat sudah dekat dengan ujung landasan atau bagaimana ? Hal ini dapat ditelusuri apabila data dari blackbox pesawat, kesaksian para penumpang, saksi mata yang melihat kecelakaan tersebut, dan bahkan dari pilot sendiri sudah terangkum secara rapi sehingga memberikan informasi yang detil dan tepat.

Hal serupa mengingatkan saya pada kecelakaan pesawat United Airlines UA-232 yang terjadi pada tanggal 19 Juli 1989. Mungkin penyebabnya beda namun kemiripannya terletak pada keputusan pilot untuk menyelamatkan penumpang sebanyak mungkin walau pada akhirnya memang ada korban jiwa. Pesawat jenis DC-10-10 tersebut mengalami kegagalan sistem hidrolik secara total akibat dari pecahnya fan disk mesin di ekor pesawat yang menghancurkan sistem hidrolik keseluruhan. Pesawat itu pun pada akhirnya terpaksa mendarat darurat di sebuah bandara udara kecil di kota Sioux, Illinois. Pilot Al Haynes mengambil keputusan untuk menggunakan metode improvisasi untuk mengendalikan pesawat -Metode ini pada saat itu belum tercantum dalam emergency flight manual dari DC-10, pada akhirnya metode ini diadopsi sebagai rujukan- ... yaitu dengan menggunakan differential thrusters. Maksudnya adalah menggunakan kendali throttle pesawat untuk membelokkan pesawat; Untuk belok ke kiri maka mesin kanan yang dipacu dan begitu pula sebaliknya. Judul dari postingan ini pun adalah potongan terakhir dari CVR detik terakhir kecelakaan pesawat tersebut. Pesawat tersebut menyentuh landasan dengan kecepatan sekitar 220 knot (1 knot = 1,84 km/h) -untuk pendaratan aman biasanya 180 knot- pada akhirnya pilot tersebut dianggap sebagai pahlawan dari ratusan orang kendatipun ada korban jiwa dari kecelakaan tersebut.

Menurut saya, ada beberapa hal yang mendukung efektifnya evakuasi GA-200 tersebut yaitu:
  1. Kecelakaan pesawat terjadi saat pagi hari dimana matahari bersinar.
  2. WIIJ merupakan pangkalan AAU yang memiliki personil untuk menangani kecelakaan pesawat -Seharusnya, mereka dibekali SOP (Standard Operational Procedure) bagaimana menangani kecelakaan pesawat yang terjadi di darat-.
  3. Adanya rumah sakit bandara tempat para korban diberikan pertolongan.
Kesimpulannya adalah, sungguhpun terjadi korban jiwa ... usaha dari pilot tersebut sebaiknya dihargai karena usaha mereka yang cukup keras untuk mempertahankan pesawat dan menyelamatkan jiwa sebanyak mungkin. Memang 4JJ1 Maha Kuasa atas segala sesuatunya namun paling tidak ada usaha untuk menyelamatkan jiwa manusia dan pesawat yang menjadi tanggung jawabnya.

Ya 4JJ1 semoga dengan bencana yang Engkau berikan ini menjadi hikmah bagi kita semua agar kembali ke jalan yang Engkau ridhai dan sarana pengampunan dosa2 kami yang telah lampau ...

Ya 4JJ1 semoga dengan bencana ini kami belajar bagaimana untuk menanggulangi bencana dengan baik dan sistematis termasuk manajemennya ...

Amin ya Rabbal Alamin

--Dimas

Labels:

4 Comments:

At 7:53 AM, Blogger Mashuri said...

MANUSIA EMANG WAJIB MENGUSAHAKAN SECARA OPTIMAL PADA LINGKARAN YANG MASIH DAPAT DIKUASAINYA.

KALO SUATU MUSIBAH TETAP MENIMPANYA MAKA TERJEMAHAN QS AL-MULK TAMPAKNYA BAIK UNTUK KOMTEMPLASI:
"Tidak ada tempat yang aman di dunia ini, karena kalau Allah SWT menghendaki suatu kejadian baik atau buruk, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi"

 
At 8:13 AM, Blogger RoSa said...

Assalamu'alaikum...wah kak Dim memang sepertinya cocok deh sama hal2 yang berbau2 aeronautics :D, pembahasannya itu demikian sistematis! =)

 
At 10:48 AM, Blogger Dimas said...

ke mas Mashuri:

Setuju ! Memang manusia wajib berusaha namun kalau 4JJ1 berkehendak yang lain kita tetap harus tawakkal dan muhasabah dari apa yg kita dapatkan. Banyak hikmah yang dapat diambil dari tiap2 kejadian yang terjadi baik atau buruknya.

ke d Rosa:

Wah gak juga kok d .. cuman apa yg ada di kepala aja kok :P he3x

 
At 12:35 PM, Anonymous Anonymous said...

Thanks for writing this.

 

Post a Comment

<< Home