Wednesday, May 24, 2006

Setahun yang lalu ...

Persis setahun yang lalu, engkau meninggalkanku.

Setahun yang lalu engkau masih peduli padaku ...

Setahun yang lalu engkau masih bisa tertawa bersama denganku ...

Setahun yang lalu engkau masih mau menjalin kasih bersamaku ...

Setahun yang lalu engkau masih membuat hari-2x ku yang kelam menjadi terang ...

Setahun yang lalu engkau masih sabar menjalani hubungan kita yang bergelombang ...

Setahun yang lalu engkau masih berkenan menceritakan segala permasalahanmu ...

Setahun yang lalu engkau masih menyejukkan hatiku ...

Setahun yang lalu engkau masih mau memperkenalkanku pada hal-2x yg kecil di kota Metropolitan ...

Setahun yang lalu engkau masih mau menerimaku sebagai tamu di kediamanmu ...

dan yang terakhir adalah,

Setahun yang lalu engkau masih mencintaiku ...

Tuesday, May 09, 2006

Wah ... ini pasukannya pak Armein ya ?

Begitulah kata2 pak Bobby Nazief, PhD pada saat e-Indonesia Initiatives 2006 pada saat kami presentasi dalam satu sesi.

Kebetulan pak Bobby tadi adalah alumnus ITB ... Fisika '79 pula, jadi pas waktu beliau membacakan CV saya sebelum presentasi rada kaget juga. Bukan hanya karena saya mencantumkan achievement saya di MENWA sebagai Dan Lat Kursus Pelatih 2002 tapi karena saya juga alumnus Fisika ITB. Bedanya adalah pada saat beliau masuk ITB saya baru lahir dan boro2 mikir masuk ITB, mau melek aja belum bisa :D.

Ada hal yang menarik pada saat kami se-grup mempresentasikan makalah kami yg bertema rural-NGN. Kenapa ? Karena ternyata konsep ini di Indonesia sangat dibutuhkan mengingat kondisi wilayah kita yang luas dan kebutuhan TIK di Indonesia yang semakin meningkat pula. Belum lagi masalah tidak meratanya infrastruktur TIK.

Hal yang menarik itu adalah saat saya, mas Bayupati, dan mas Yoanes Bandung selesai mempresentasikan tema tersebut kami mendapat pertanyaan dari kalangan akademisi, pemerintah, dan swasta. Terlebih lagi saat pak Arief dari Kantor PDE di Sulawesi Selatan yang mengutarakan betapa mahalnya sebuah akses backbone 64 kbps yang menggunakan teknologi VSAT. Sudahlah mahal, keandalan jaringan dipertanyakan, dibagi2 ke beberapa pelanggan pula.
Nah, dengan konsep dan teknologi yang kami akan implementasikan tampak di beliau bahwa teknologi alternatif nirkabel terestrial sudah lebih dari cukup. Memang dari segi cakupan tidak seluas VSAT tentunya namun dari segi biaya dan backbone yang bisa mencapai puluhan Mbps tampaknya memadai. Dengan demikian, masalah dapat diatasi.

Minimal bagi saya, dengan kata2 kepala KPDE Sulawesi Selatan tadi saya jadi bersemangat untuk mengerjakan tesis ini yang notabene sangat berhubungan erat dengan konsep rural-NGN ini. Kalau nantinya sudah dibangun infrastruktur TIK masalah layanan yang akan diberikan menyusul, termasuk masalah distance learning, VoIP, fax, email, SMS, dll. Sehingga konsep anytime, anywhere, anything, anybody berjalan bukan cuman wacana namun realita.

Hal lain yg membuat kami semakin confident adalah pada saat pak Arief tadi menyebutkan untuk kami bahwa mereka sangat menantikan kehadiran teknologi ini dan ITB menjadi leading institution untuk hal ini. Insya 4JJ1 hal ini menjadi realita di masa mendatang baik untuk skala kecil maupun besar, amin.

--Dimas