Wednesday, November 29, 2006

Sekedar Introspeksi Diri ...

Bismillah,

"Jadi mau loe apa, ha?!"

"Heh, dia itu sakit loe gituin tau!!"

Begitulah penggalan kalimat yang terucap tadi siang pada saat saya sedang bergagas untuk menuju lab WiNNER yang letaknya di LABTEK VIII lt. 4, persis di depan gedung 9009 atau jaman orang tua saya dulu --kembali ke tahun '60-an-- digunakan untuk memutar film dan dikenal baik oleh elemen mahasiswa ITB sebagai LFM ada 3 orang mhs --satu diantaranya perempuan-- sedang cekcok.

Saya sendiri gak terlalu tau inti dari percakapan mereka tapi yang jelas hal itu mengundang perhatian banyak orang termasuk saya yang saat itu berada di koridor antara departemen Planologi dan Seni Rupa. Percakapan mereka cukup keras karena nada omongan mereka tinggi --mungkin kalo diukur bisa +/- 20 dB barangkali :D-- untung saja saya saat itu tidak terlalu memperhatikan mereka karena sedang konsentrasi pada apa yang akan saya kerjakan nanti. Diantara beberapa mahasiswa yang sejalan dengan saya bahkan ada yang sempat berseloroh "Ayo .. hantam saja!"

Kejadian seperti ini terjadi entah di dalam atau di luar kampus, saya jadi berpikir bahwa mungkin karena jiwa muda mereka yang sedang bergelora sehingga sedikit saja terusik maka hal tersebut tak beda halnya dengan menuang pertamax ke api, belum lagi ego pribadi.

Jadi teringat saya pada saat saya masih mahasiswa baru S1 tahun 1998 silam, jaman saya itu sedang panas2nya karena penguasa 32 tahun pada akhirnya terpaksa terlengser akibat desakan berbagai elemen; baik akademisi, LSM, bahkan dari rakyat sendiri. Waktu itu saya pun sempat terimbas oleh gerakan dari senior2 se-Almamater saya karena ya semangat darah muda tadi, namun untungnya tidak sampai jauh karena akhirnya saya sadar bahwa tidaklah objektif kita menilai kinerja seseorang tanpa melibatkan introspeksi diri kita sendiri. Singkatnya ... jangan ngomong masalah kerapian berpakaian ke orang yang melihat dengan mata kepala mereka sendiri kita berpakaian slenge'an. Intinya gitu ... Nah, artinya adalah dengan semangat darah muda yang bergelora tadi seyogyanya diimbangi oleh pemikiran yang sehat jangan asal main hantam saja.

O ya ... saat kami latihan di YONKAV V/SERBU --lumayan ada tank Scorpion buatan Inggris yang baru dibeli kala itu :)-- seorang petugas piket yang kalau tidak salah berpangkat Sersan Mayor (Serma) berkeluh kesah dengan apa yang dia alami pada saat detik2 kejatuhan sang penguasa tsb. Petugas piket tersebut merupakan salah satu personel TNI AD yang ditugaskan untuk mengamankan Ibu Kota. Inti dari ceritanya adalah ... mereka juga sebenarnya lelah menghadapi situasi yang tegang, tidak berjumpa dengan istri dan anak mereka selama seminggu lebih belum lagi dituduh tukang siksa sama mahasiswa. Jadi sebenarnya kasihan mereka itu .. sudahlah diberikan penghasilan yang kurang dibandingkan mahasiswa yang bisa membawa mobil mewah, dituduh macam2, dilempari batu pula.

Saya tidak membenarkan dan menyalahkan mereka yang sedang bertugas. Namanya juga mencari nafkah yang Insya 4JJ1 halal ... walau secara teknis mereka itu underpaid.

Ada lagi cerita pada saat kami satu peleton sedang berpartisipasi dengan TNI dalam rangka TMD --dulu dikenal dengan AMD .. ABRI Masuk Desa-- di daerah Bandung Selatan, sekitar Ciwidey. Berangkat dari ASTER KODAM III di Jalan Riau dengan 2 buah truk Rheo. Yang kami lakukan bersama aparat TNI adalah membangun jalan penghubung antar desa yang terputus akibat hujan, aparat membawa alat berat berupa stonewall dan beberapa drum aspal. Asik juga ternyata saling membantu itu ... minimal sedikit olah raga angkat2 batu deh :D. Nah ceritanya lagi sehubungan dengan yang di atas tadi, ada seorang kapten (CZI) yang bercelutuk ... Mana itu mahasiswa, jangan asal tuduh TNI macam2. Kalau berani ayo bantu kami membangun desa ini.

Saya bukan berada pada pihak TNI dalam hal ini bukan pula pada mahasiswa .. cuma saja yang ingin saya tekankan adalah ... kalau kita ingin berlaku sebagaimana apa yang kita ucapkan maka adalah bijaksana bila kita memulainya dari diri sendiri --minjem bahasa wireless ... picocell-- kemudian barulah nanocell dan berujung pada macrocell. Meminjam perkataan Aa Gym: 3M. Begitu pula pola yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.

Waduuuh ... kok rada divergen nih,

Tapi tak apa lah, minimal saya menyampaikan sesuatu yang mungkin bermanfaat bagi orang lain.

Okeh ... segitu saja dulu, saya masih harus menyelesaikan slide kuliah OOP dengan C++ nih ...

--Dimas

Tuesday, November 14, 2006

Polantas Pesawat Udara (ATC -red.)

Bismillah,

JCC: "Garuda 142, you're cleared to climb to FL330 ... turn left heading 2-9-5, proceed on course."

GA142:"Roger, Garuda 142."

JCC:"Singapore 323, do you copy?"

SA323:"Singapore 323 ... standing by."

JCC:"Singapore 323, proceed direct PARDI contact Singapore Center on 1**.**, have a good day."

SA323:"Wilco, proceed direct PARDI contact Singapore Center on 1**.**, so long."

JCC=Jakarta Center Control
SA232=Singapore Airlines 323
GA142=Garuda Indonesia 142

Penggalan percakapan di atas bukanlah merupakan percakapan sebenarnya yang terjadi, kalaupun ada kesamaan maka hal tersebut merupakan kebetulan.

Entah kenapa saya begitu tertarik dalam dunia penerbangan salah satunya Air Traffic Control (ATC) bahkan saya adalah anggota dari komunitas ATC dunia maya. Bagi saya tugas ATC cukup menyenangkan sebagai hobi --yaaah, kalau jadi ATC beneran saya keder juga :D--; mengatur lalu lintas udara selayaknya polisi lalu lintas, menyuruh pesawat naik atau turun, belok ke arah tertentu, memberi ijin mendarat, bahkan sampai memberikan otorisasi khusus dalam keadaan tertentu.

Sekilas kalau dilihat tugasnya memang membosankan; duduk di depan monitor RADAR dengan bintik2 yang menandakan identitas pesawat sampai berjam2, berbicara dengan pilot2 dan peralihan (hand-over) kepada wilayah udara tetangga dengan percakapan yang monoton, belum lagi dituduh melakukan pelanggaran seperti near-miss, CFIT (Controlled Flight Into Terrain), bahkan tubrukan pesawat. Berat memang menjalani tugas demikian, apalagi urusannya adalah sebagai kontributor dalam keselamatan nyawa penumpang pesawat+kru --selain pilot tentunya--.

Untungnya, dalam pengaturan lalu lintas udara maya ... tidak ada korban jiwa yang terjadi akibat salah kontrol --yaa paling korbannya adalah waktu, dampratan pilot lain, dan duit ... hehehehehe, tapi bisa ditolerir dengan sedikit trik penghematan--, tapi apakah tugas dan tanggung jawab ATC maya dapat diidentikkan dengan ATC sebenarnya ?? Belum tentu ... kenapa demikian ? Karena dalam ATC sesungguhnya protokol pengendalian lalu lintas udara harus benar2 dipegang teguh, termasuk regulasi airspace. Sedangkan dalam dunia maya orang bisa berbuat seenaknya --gak juga, karena toh ada regulator dan evaluator di situ yang meluruskan situasi ATC sehingga mendekati situasi yang sebenarnya-- namun tetap saja, tidak akan sama.

Naaaaah ... saya jadi punya ide,

Ada beberapa LANUD di Indonesia yang masih belum tercakup oleh ATC modern, jangankan itu untuk sistem alat bantu navigasi (NAVAID) mungkin tidak punya seperti ILS, VOR, dan DME. jadi bagaimana apabila kawasan LANUD tersebut diawasi oleh sebuah master dari daerah FIR tempat LANUD tersebut berada. Kemudian, pengendalian pesawat yang hendak menuju LANUD tersebut diatur di sana. Gimanaaaaaa .... ??

Sistemnya sederhana saja, tidak perlu menggunakan NAVAID yang bisa memakan biaya milyaran. Namun, dengan memanfaatkan perangkat lunak (software) yang menuntun ATC untuk memberikan bimbingan kepada pilot melalui virtual NAVAID pada perangkat lunak yang diantarmuka ke pesawat secara nirkabel, sehingga seolah2 pesawat tersebut mengenali sistem NAVAID fisik. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tunnel-in-the-sky yang memungkinkan pilot merasa seolah berada dalam sebuah lorong virtual yang menuntunnya ke landasan tempat mendarat.

--Dimas

Monday, November 13, 2006

OODA (Observation Orientation Decision Action)

Bismillah,

Hari Jum'at kemarin di lab kami ada pertemuan ilmiah mengenai riset untuk e-health yang sedianya akan di-provide oleh Bakrie Telecom. Pertemuan ini dihadiri oleh anggota lab yang terkait dengan riset tersebut dan juga dihadiri oleh salah satu dosen STEI - ITB yaitu Dr.Ir. Jaka Sembiring. Masukan beliau adalah bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan e-health tersebut dengan metode OODA Loop.

Mungkin viewers ada yang belum mengetahui apa sebenarnya OODA tersebut, namun ... konsep yang diperkenalkan oleh Col. (USAF) John Boyd ini sangat bermanfaat baik bagi kalangan militer maupun sipil. Oleh sebab itu saya hendak memperkenalkan konsep ini --mungkin konsep ini terlalu detil yang saya sendiri pun tidak begitu faham, tapi yang saya tahu adalah inti dari pemikirannya--

Konsep OODA ini sebenarnya diperkenalkan guna menanggulangi situasi kritis aerial combat atau yang lebih dikenal dengan istilah dogfight untuk kalangan AU (Angkatan Udara); yaitu bagaimana si pilot menganalisis situasi dan kondisinya sebelum melihat musuh dalam visual range. Contohnya kondisi cuaca, kecakapan pilot musuh, berapa kekuatannya, tipe dan jenis pesawat musuh apa, dll. Dengan pengertian demikian maka si pilot tadi memiliki keputusan dalam melakukan tindakan dimulai dari kondisi disadvantage menjadi advantage.

Namun kemudian pertanyaan muncul ... bagaimana apabila ternyata musuh pun mengadopsi sistem OODA Loop ini ?

Inilah kondisi yang mengharuskan si pilot memiliki keunggulan dalam hal maneuverability dan speed --tentunya hal ini wajar ... man, machine, method adalah harga mati dalam sebuah pertarungan; baik dalam wujud apapun--. Atau boleh dikatakan bahwa si pilot mesti memiliki keunggulan dalam bertindak tepat, akurat dan cepat melebihi pemikiran dari pilot musuh. Caranya adalah dengan menginfiltrasi OODA Loop lawan dan berusaha untuk mengacaukan circuit OODA pilot musuh. Apabila hal ini sudah terpenuhi maka kondisi apapun yang si pilot ciptakan akan mengaburkan pemahaman pilot musuh dan tentu saja ... kemungkinan besar kemenangan ada pada pilot yang cerdik.

Diagram di bawah ini menunjukkan alur pikir dari OODA Loop tersebut

Sedangkan Orient dapat dipecah kembali menjadi

Sehubungan dengan riset kami mengenai e-health tadi, topik yang ditawarkan adalah permasalahan flu burung. Saya berharap dengan selesainya riset kami untuk e-health ini maka paling tidak sedikit dari sekian banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia khususnya teratasi. Dengan ridha 4JJ1 tentunya ...

Semoga dengan riset ini mendatangkan kebaikan untuk ummat, amin ya Rabbal alamin.

--Dimas

Saturday, November 11, 2006

Keep distance in all aspect

Menurut viewers bagaimanakah apabila seseorang berusaha untuk menjaga jarak dengan sama sekali mengabaikan nilai2 pertemanan atau silaturahmi ?

Ada kisah dimana seseorang katakanlah si A yang berusaha untuk menjaga persahabatan --intinya adalah silaturahmi-- dengan seorang sahabatnya yang memang dulu pernah dekat sekali sebut saja B. Saat itu A berkenan untuk menyambung kembali silaturahmi yang pernah putus --yaa .. vakum sebenarnya-- dengan berkenan bersua dengan keluarga B yang saat itu memiliki hubungan tidak baik dengan A karena sesuatu hal. Satu hal yang menurut saya pribadi gentle; berusaha kembali meluruskan hubungan silaturahmi dan menghapus segala kesalahan yang diperbuat baik yang disengaja atau tidak.

Secara umum silaturahmi kembali terjalin --dalam Islam memutuskan silaturahmi berarti memutuskan rahmat 4JJ1, naudzubillah!-- jadi apabila seseorang telah memutus silaturahmi maka 4JJ1 tidak akan memandang segala upayanya dalam meraih ridha 4JJ1, kalau sesama manusia mungkin yaaa ... gak masalah karena masih ada orang lain. Nah kalau sekarang 4JJ1 ?? mau cari ke mana lagi ? Satu hal yang jelas 4JJ1 tidak akan menganggap segala upayanya. Mungkin dia mendapat apa yang diusahakannya, namun di sisi 4JJ1 nilainya tidak ada --kalau begitu secara pribadi saya merasa kasihan justru ...-- tapi jika yang bersangkutan dapat menangani putusnya rahmat 4JJ1 ini sih .. ceuk urang sunda mah, sok wae.

Secara singkat kronologisnya begini ... si A berusaha mendatangi keluarganya yang sempat hampa silaturahminya ke keluarga si B secara umum dan si B sendiri secara khusus. Keluarga si B menyambut baik upaya ini apalagi hal ini dilakukan setelah bulan suci Ramadhan yaitu Idul Fitri. Dengan demikian, masalah yang telah lalu selesai sudah ... apa yang sudah lewat baik buruk maupun sangat buruk sudah bersih. Wallahu Alam apakah keluarga si B menanggapinya secara selewat atau mungkin sudah menganggap masalah tersebut selesai yang jelas si A tadi sudah berupaya menjalin hubungan yang sempat vakum tersebut. Permasalahan dari pihak B itu merupakan urusannya dengan sang Khaliq.

Nah kemudian apa yang terjadi ...

Si B kemudian --entah karena ego atau gengsi yang berlebihan-- menganggap usaha si A ini tidak perlu diteruskan lagi dan memaksa si A untuk menuruti kehendaknya untuk menjaga jarak. Si A menyetujui usulan tersebut dengan maksud tidak ada lagi kenangan indah masa lalu yang mungkin pernah terjalin --sebagai catatan si B ini adalah akhwat-- namun murni persahabatan dan silaturahmi yang jelas tetap terjalin. Yang sudah lewat biarlah menjadi pelajaran kedua pihak untuk lebih dewasa dalam bertindak dan berfikir.

Si A yang kemudian kebingungan ini mengonfirmasi ke si B mengenai bagaimana permasalahan yang dibatasi dengan menjaga jarak tersebut. Si B kemudian mengutarakan bahwa menjaga jarak ini adalah totalitas dalam segala aspek --mungkin ini maksudnya adalah komunikasi yang terjadi akan di-cease, baik dalam bentuk media apapun--. Yang ingin saya tanyakan adalah ... apakah ini bentuk dari pemutusan silaturahmi kembali ?

Secara pribadi saya menilai ini adalah bentuk pemutusan silaturahmi kembali. Kenapa ? Karena hal yang diutarakan B secara nyata menghentikan segala bentuk komunikasi, baik elektronik maupun secara langsung. Dan, menurut saya ini adalah bentuk dari egoisme yang pada dasarnya tidak bisa dibenarkan karena maksud baik dari A ditanggapi oleh B secara emosional --paling tidak bagi saya sendiri--.

Nah, pendapat viewers bagaimanakah tanggapannya dalam hal ini ? Apakah yang si B dan si A lakukan benar ... salah satu benar ... atau kedua2nya salah ? Bagi saya sendiri tindakan si A merupakan tindakan arif dan bijaksana dalam upaya memperbaiki silaturahmi --si A sendiri sebelumnya pernah membuat kesalahan yang fatal kepada B dan keluarganya--. Satu hal yang pasti ... memutus silaturahmi adalah tindakan yang merusak pribadi dan moral apalagi pertanggungjawaban kepada 4JJ1.

--Dimas