Kekerasan = Kedisiplinan ??
Bismillah,
Beberapa waktu lalu Indonesia kembali gempar dengan adanya pemberitaan bahwa ada salah seorang mahasiswa yang meninggal di salah satu perguruan tinggi Bandung. Berita ini sebenarnya bukan berita yang baru bagi institusi pendidikan di sana cuma saja entah karena sengaja atau malu barangkali maka pemberitaan seperti ini ditutup2i ...
Mungkin orang akan kaget (atau sudah cuek) kenapa kok institusi pendidikan yang diharapkan berguna bagi pembangunan bangsa tersebut masih saja memberikan output orang2 yang berkarakter kurang baik, jelas tidak semua dari mereka seperti itu cuma saja kalau nama institusi pendidikannya sudah buruk maka opini orang akan cenderung menganggap semua dari mereka juga sudah buruk. Padahal, kalau ditilik secara lebih jauh maka sebenarnya di sana lah bangsa tersebut dibangun. Alasan yang dituturkan macam2 dan benar apa kata salah seorang bintara pelatih kami dulu ketika latihan dasar militer "... Kalau sudah jatuh korban maka orang2 akan saling tunjuk satu sama lain dan menyelamatkan diri masing2".
Tapi di sini saya tidak membela maupun menyudutkan institusi tersebut ...
Cuma saya menyayangkan kenapa hal seperti ini terjadi lagi untuk yang kesekian kalinya. Ini adalah institusi pembangun karakter bangsa bukan penindas rakyat. Anda bisa bayangkan betapa seramnya pemberitaan media luar menyoroti kasus ini dan bahkan institusi terkait konon adalah yang paling buruk di negeri ini. Sayang ...
Kalau para pejuang maupun veteran yang masih ada sekarang maupun yang telah wafat melihat kembali keadaan negeri dimana mereka berjuang untuk kemerdekaan ... yang dipersembahkan agar negeri ini makmur dan sejahtera bagi generasi penerus dirusak oleh racun-racun negara, bagaimana perasaan mereka ? Atau sederhananya beginilah, anda susah payah memberikan apa yang anda punya kepada seseorang demi meraih masa depan bersama, namun pada akhirnya orang yang anda tuju sama sekali tidak menghargai anda termasuk menginjak2 (dalam artian konotatif) , dan bahkan menganggap bahwa dengan memperlakukan anda seperti itu adalah sebuah fun bagi dia ?!
Apa kata anda mengenai itu ??
Demikian pula halnya para generasi lampau, sepertinya usaha mereka kita sia2-kan dengan mencetak para penerus yang tidak amanah kepada rakyat.
Kembali ke apa yang saya akan ceritakan di sini ...
Kalau mengadopsi disiplin ala militer dalam pendidikan untuk sipil, bukan berarti harus dengan kekerasan yang tidak terkendali. Di militer pun ada aturan dalam mendidik siswa mereka -wesss ... jadi ingat perkataan saya sendiri saat menjadi pelatih "HEI SISWA !!"- . Ketika saya menjalani pendidikan Kursus Pelatih di PUSDIKGUMIL/TIH -Sekarang PUSDIKPENGMILUM-. Ada beberapa pelatih saya salah satunya adalah Sertu Tatang Basujata dengan logat khas Sumedang-nya yang menuturkan bahwa prinsip latihan militer tidak sembarangan namun ada rambu-rambu yang wajib dipatuhi oleh tiap pelatih:
1. Harkat insani jangan diperkosa
Maksudnya adalah harkat kita sebagai manusia TIDAK boleh di-abuse. Sebagai contoh, misal dalam latihan ada seorang cewek cakep banget lewat terus demi gengsi dan show of power dari si pelatih maka siswa didiknya disuruh berdiri tegap lalu si pelatih dengan semena2 menendang si siswa sampai tersungkur, atau menyuruh siswa didiknya merayap seperti binatang dengan bermajikan si pelatih. Hal seperti ini DILARANG KERAS.
2. Koordinasi latihan harus jelas
Sama halnya dengan chain of command, latihan mesti ada penanggung jawab yang diketuai oleh seorang Dan Lat (koman-Dan Lat-ihan) yang diteruskan oleh pejabat staf termasuk KOLAT (KO-mando LAT-ihan). KOLAT ini mencakup Ki Med (Kompi Med-is). Masing2 staf KOLAT tidak boleh bertindak diluar struktur atau SK yang telah disahkan oleh Dan Lat, kalaupun improvisasi lapangan itu mesti mengikuti alur yang sudah disahkan. Ada anggota diluar KOLAT yang secara langsung ikut berkontribusi dalam latihan harus ditindak secara tegas.
3. Selalu utamakan keselamatan
Latihan apapun dalam kemiliteran mesti ada unsur KESELAMATAN. Kenapa, karena nyawa tidak bisa digantikan oleh apapun dan itu merupakan sebuah loss yang sangat besar. Di sini pelatih dituntut lebih letih dan lelah dalam mengelola latihan untuk terlaksananya zero loss. Berat memang jadi pelatih, sedangkan siswa hanya menjalankan operasi latihan.
-oOo-
Demikian poin penting dalam latihan. Nah seandainya ada unsur senioritas namun tidak dibawah pengawasan oleh KOLAT itu adalah sebuah pelanggaran. Sekarang perlu juga diusut apakah tindak kekerasan di institusi pendidikan itu dibawah pengawasan KOLAT atau apapun namanya di sana atau hanya inisiatif dari beberapa senior yang tidak bertanggung jawab. Kalau pun ada korban dari latihan yang terkoordinir seharusnya mulai dari Dan Lat ke bawah di-gantung semua itu.
Dalam latihan senior yang TIDAK memegang kualifikasi sebagai pelatih tidak dibenarkan untuk terjun menangani siswa. Adalah pelanggaran yang keras apabila senior yang sembarangan dengan sewenang2 menunjukkan kuasanya dengan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. Itu adalah tindakan insubordinance yang keras.
Ingat bahwa kehilangan nyawa akibat tidak adanya koordinasi dan kesewenang2an adalah ...
!! PEMBUNUHAN !!
Sekian dari saya sekali lagi saya bukan untuk menyudutkan atau membela namun untuk mengingatkan bahwa kedisiplinan itu tidak selamanya dengan kekerasan. Disiplin lebih ke arah ketegasan sementara kekerasan lebih tidak terarah dan cenderung destruktif.
--Dimas
Beberapa waktu lalu Indonesia kembali gempar dengan adanya pemberitaan bahwa ada salah seorang mahasiswa yang meninggal di salah satu perguruan tinggi Bandung. Berita ini sebenarnya bukan berita yang baru bagi institusi pendidikan di sana cuma saja entah karena sengaja atau malu barangkali maka pemberitaan seperti ini ditutup2i ...
Mungkin orang akan kaget (atau sudah cuek) kenapa kok institusi pendidikan yang diharapkan berguna bagi pembangunan bangsa tersebut masih saja memberikan output orang2 yang berkarakter kurang baik, jelas tidak semua dari mereka seperti itu cuma saja kalau nama institusi pendidikannya sudah buruk maka opini orang akan cenderung menganggap semua dari mereka juga sudah buruk. Padahal, kalau ditilik secara lebih jauh maka sebenarnya di sana lah bangsa tersebut dibangun. Alasan yang dituturkan macam2 dan benar apa kata salah seorang bintara pelatih kami dulu ketika latihan dasar militer "... Kalau sudah jatuh korban maka orang2 akan saling tunjuk satu sama lain dan menyelamatkan diri masing2".
Tapi di sini saya tidak membela maupun menyudutkan institusi tersebut ...
Cuma saya menyayangkan kenapa hal seperti ini terjadi lagi untuk yang kesekian kalinya. Ini adalah institusi pembangun karakter bangsa bukan penindas rakyat. Anda bisa bayangkan betapa seramnya pemberitaan media luar menyoroti kasus ini dan bahkan institusi terkait konon adalah yang paling buruk di negeri ini. Sayang ...
Kalau para pejuang maupun veteran yang masih ada sekarang maupun yang telah wafat melihat kembali keadaan negeri dimana mereka berjuang untuk kemerdekaan ... yang dipersembahkan agar negeri ini makmur dan sejahtera bagi generasi penerus dirusak oleh racun-racun negara, bagaimana perasaan mereka ? Atau sederhananya beginilah, anda susah payah memberikan apa yang anda punya kepada seseorang demi meraih masa depan bersama, namun pada akhirnya orang yang anda tuju sama sekali tidak menghargai anda termasuk menginjak2 (dalam artian konotatif) , dan bahkan menganggap bahwa dengan memperlakukan anda seperti itu adalah sebuah fun bagi dia ?!
Apa kata anda mengenai itu ??
Demikian pula halnya para generasi lampau, sepertinya usaha mereka kita sia2-kan dengan mencetak para penerus yang tidak amanah kepada rakyat.
Kembali ke apa yang saya akan ceritakan di sini ...
Kalau mengadopsi disiplin ala militer dalam pendidikan untuk sipil, bukan berarti harus dengan kekerasan yang tidak terkendali. Di militer pun ada aturan dalam mendidik siswa mereka -wesss ... jadi ingat perkataan saya sendiri saat menjadi pelatih "HEI SISWA !!"- . Ketika saya menjalani pendidikan Kursus Pelatih di PUSDIKGUMIL/TIH -Sekarang PUSDIKPENGMILUM-. Ada beberapa pelatih saya salah satunya adalah Sertu Tatang Basujata dengan logat khas Sumedang-nya yang menuturkan bahwa prinsip latihan militer tidak sembarangan namun ada rambu-rambu yang wajib dipatuhi oleh tiap pelatih:
1. Harkat insani jangan diperkosa
Maksudnya adalah harkat kita sebagai manusia TIDAK boleh di-abuse. Sebagai contoh, misal dalam latihan ada seorang cewek cakep banget lewat terus demi gengsi dan show of power dari si pelatih maka siswa didiknya disuruh berdiri tegap lalu si pelatih dengan semena2 menendang si siswa sampai tersungkur, atau menyuruh siswa didiknya merayap seperti binatang dengan bermajikan si pelatih. Hal seperti ini DILARANG KERAS.
2. Koordinasi latihan harus jelas
Sama halnya dengan chain of command, latihan mesti ada penanggung jawab yang diketuai oleh seorang Dan Lat (koman-Dan Lat-ihan) yang diteruskan oleh pejabat staf termasuk KOLAT (KO-mando LAT-ihan). KOLAT ini mencakup Ki Med (Kompi Med-is). Masing2 staf KOLAT tidak boleh bertindak diluar struktur atau SK yang telah disahkan oleh Dan Lat, kalaupun improvisasi lapangan itu mesti mengikuti alur yang sudah disahkan. Ada anggota diluar KOLAT yang secara langsung ikut berkontribusi dalam latihan harus ditindak secara tegas.
3. Selalu utamakan keselamatan
Latihan apapun dalam kemiliteran mesti ada unsur KESELAMATAN. Kenapa, karena nyawa tidak bisa digantikan oleh apapun dan itu merupakan sebuah loss yang sangat besar. Di sini pelatih dituntut lebih letih dan lelah dalam mengelola latihan untuk terlaksananya zero loss. Berat memang jadi pelatih, sedangkan siswa hanya menjalankan operasi latihan.
-oOo-
Demikian poin penting dalam latihan. Nah seandainya ada unsur senioritas namun tidak dibawah pengawasan oleh KOLAT itu adalah sebuah pelanggaran. Sekarang perlu juga diusut apakah tindak kekerasan di institusi pendidikan itu dibawah pengawasan KOLAT atau apapun namanya di sana atau hanya inisiatif dari beberapa senior yang tidak bertanggung jawab. Kalau pun ada korban dari latihan yang terkoordinir seharusnya mulai dari Dan Lat ke bawah di-gantung semua itu.
Dalam latihan senior yang TIDAK memegang kualifikasi sebagai pelatih tidak dibenarkan untuk terjun menangani siswa. Adalah pelanggaran yang keras apabila senior yang sembarangan dengan sewenang2 menunjukkan kuasanya dengan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. Itu adalah tindakan insubordinance yang keras.
Ingat bahwa kehilangan nyawa akibat tidak adanya koordinasi dan kesewenang2an adalah ...
!! PEMBUNUHAN !!
Sekian dari saya sekali lagi saya bukan untuk menyudutkan atau membela namun untuk mengingatkan bahwa kedisiplinan itu tidak selamanya dengan kekerasan. Disiplin lebih ke arah ketegasan sementara kekerasan lebih tidak terarah dan cenderung destruktif.
--Dimas
Labels: Vision